Langsung ke konten utama

Psikologi Pendidikan : Learning


  • Learning ( Pembelajaran )


Pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan yang melibatkan mental, fisik maupun perilaku yang relatif menetap/ permanen yang muncul melalui pengalaman.
Namun tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil belajar. Karena bisa saja perilaku seseorang berubah dikarenakan mengkonsumsi obat- obatan , bisa saja perilaku berubah akibat kelelahan, maturasi serta akibat ada pengaruh dari misalnya terluka. Secara umum pembelajaran dibagi menjadi dua jenis yaitu pembelajaran asosiasi dan pembelajaran melalui pengamatan. 

A. Pembelajaran asosiasi (associative learning) 

Pembelajaran asosiasi (associative learning) muncul ketika sebuah hubungan dibuat untuk menghubungkan dua peristiwa. Pengondisian (conditioning) adalah sebuah proses pembelajaran asosiasi. Terdapat dua jenis pengondisian, yaitu klasik (classical) dan instrumental (operant).

1. Pengondisian Klasik( Classical Conditioning)
Pengondisian klasik adalah pembelajaran dari sebuah rangsangan netral yang diasosiasikan dengan rangsangan bermakna dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan respons yang sama(king, 2010). Seorang ahli fisiologi asal Rusia yang bernama Ivan Pavlov, menarik kesimpulan atas eksperimen yang beliau lakukan. Kesimpulan tersebut menjelaskan bahwa sebuah rangsangan yang tidak dikondisikan (unconditioned stimulus-UCS) akan menghasilkan pula respons yang tidak dikondisikan (unconditioned respons-UCR). Pengertian dari rangsangan yang tidak dikondisikan adalah sebuah rangsangan yang menghasilkan sebuah respons tanpa pembelajaran sebelumnya. Adapun pengertian dari respons yang tidak dikondisikan merupakan respons yang tidak dipelajari, yang dihasilkan secara otomatis oleh UCS.
Adapula rangsangan yang dikondsikan (conditioned stimulus-CS) dan respons yang dikondisikan (conditioned respons-CR). Pengertian dari rangsangan dan respons tersebut adalah kebalikan dari rangsangan yang tidak dikondisikan dan respons yang tidak dikondisikan. Sama halnya dengan rangsangan yang tidak dikondisikan, rangsangan yang dikondisikan menghasilkan pula respons yang dikondisikan, singkatnya seperti ini UCS=UCR, CS=CR.
Contoh Kasus Classical Conditioning
Kasus :
Tia termasuk penggemar bakso. Hampir setiap hari, tepatnya jika Tia sedang di rumah, Tia pasti membelinya.
Penjual bakso tersebut menjajakan dagangannya dengan cara berkeliling dengan menggunakan gerobak dorong. Dan sebagai penanda/penarik perhatian, biasanya gerobak itu mengeluarkan sebuah bunyi. Bunyi itu merupakan bunyi nyaring yang dihasilkan dari pukulan sendok pada mangkok keramik. Bunyi itu juga memiliki radius jangkauan yang lumayan besar. Nah, di saat-saat awal dulu, Tia keluar dari rumah untuk membelinya hanya jika penjual bakso itu telah berada hampir di depan rumah.
Namun, lama kelamaan Tia terbiasa dengan bunyi yang dikeluarkan oleh penjual itu. Dan akhirnya sekarang ini hanya dengan mendengar suaranya saja saya langsung bergegas keluar rumah.
Berdasarkan masalah Tia :
- Yang menjadi UCS adalah penjual Bakso
- UCR adalah saya keluar dari rumah untuk membeli bakso
- CS adalah bunyi nyaring dari pukulan sendok pada mangkok keramik.
- CR adalah kondisi dimana pada akhirnya hanya dengan mendengar nyaring pukulan sendok pada mangkok keramik saja Tia langsung keluar rumah untuk membeli bakso
Maka proses terbentuknya CR :
UCS      →       UCR
1.     Pada awalnya penjual bakso (UCS) menghasilkan respon pada diri Tia berupa tindakan Tia keluar rumah untuk membelinya (UCR).

CS + UCS         →         UCR
2. Lama kelamaan Tia terbiasa dengan suara nyaring pukulan sendok pada mangkok keramik (CS) dimana tak lama dari munculnya suara itu biasanya penjual bakso itu juga muncul (UCS) dan Tia pun keluar dari rumah untuk membelinya (UCR).
CS   →   UCR
3. Setelah kurang lebih seminggu, akhirnya Tia benar-benar terbiasa dengan suara itu (CS), sehingga hanya dengan mendengar suaranya saja (CS) Tia sudah langsung bergegas keluar rumah untuk membelinya (UCR).
Begitulah proses terbentuknya UCR. Dan kondisi akhir itulah yang disebut dengan Conditioned Response (CR).
Jadi, kesimpulannya masalah Tia tadi merupakan bagian dari Classical Conditioning dimana perilaku yang terjadi pada diri Tia berasal dari proses belajar yang berdasarkan pada pengalaman.

Nah, hasil belajar Classical conditioning dapat dihilangkan dengan teknik " counter conditioning"
counterconditioning adalah prosedur classical conditioning yang dilakukan untuk melemahkan  suatu CR dengan mengasosiasikannya dengan stimulus yang menimbulkan rasa takut (fear-provoking stimulus) dengan suatu respons baru yang bertentangan dengan rasa takut tersebut.

2. Pengondisian Instrumental (Operant Conditioning )

Psikolog Amerika, B.F. Skinner (1938) mengembangkan konsep pengondisian instrumental. Pengondisian instrumental (operant) adalah sebuah bentuk dari pembelajaran asosiatif di mana konsekuensi dari sebuah prilaku mengubah kemungkinan berulangnya prilaku. Skinner memilih kata operant untuk menjelaskan prilaku dari organisme-perilaku yang mengoprasikan lngkungan, dan sebaliknya, lingkungan beroprasi karna perilaku. Beberapa konsep kunci dalam pengkondisian operan :

1. Penguatan/Reinforcement adalah setiap peristiwa yang memperkuat atau meningkatkan perilaku mengikuti . Ada dua jenis reinforcers :
a)  Reinforcers positif adalah peristiwa yang menguntungkan atau hasil yang disajikan setelah perilaku . Dalam situasi yang mencerminkan penguatan positif , respon atau perilaku diperkuat dengan penambahan sesuatu , seperti pujian atau hadiah langsung .
Terdapat empat jadwal pemberian penguatan positif, antara lain:
1.Fixed Ratio (Jadwal rasio tetap)  merupakan penguatan positif yang diberikan untuk memperkuat prilaku setelah sejumlah  respon. 
contoh kasus : Suatu perusahaan sendok melakukan pembayaran gaji setiap hari jum’at pukul 15.00 wib. 

2.Variable Ratio (Jadwal rasio bervariasi) merupakan penguatan positif yang diberikan setelah respon  muncul beberapa kali, tetapi dalam basis yang tidak tetap dan tidak dapat diprediksi.
contoh kasus :  Auditor melakukan pemeriksaan mendadak setiap delapan minggu kpd beberapa perusahaan. Kadang mungkin antara delapan minggu, lain kali mungkin sepuluh minggu.

3.Fixed Interval (Jadwal interval tetap) dimana objek menyadari waktu kapan ia akan menerima penguat positif sehingga selama jangka waktu dia tidak menerima penguat positif, respon objek akan berkurang  kemudian  akan meningkat  lagi ketika mendekati waktu mendapat penguat positif. 
contoh kasus : Seorang sales berhasil menjual 20 produk dari sebuah perusahaan, dia sudah mencapai target maka rewards diberikan. 

4.Variable Interval (Jadwal interval bervariasi) dimana suatu respon diperkuat setelah sejumlah variasi waktu berlalu. Jadwal penguatan dimana respo yang dihargai setelah jumlah tak terduga dari waktu telah berlalu. Jadwal ini menghasilkan lambat, tingkat stabil respon.
Contoh kasus :jika seorang guru memberikan tugas dalam waktu yang tidak dapat ditentukan, murid-murid akan lebih bersiap dan lebih bekerja keras setiap waktu

b)  Reinforcers negatif melibatkan penghapusan sebuah peristiwa yang tidak menguntungkan atau hasil setelah tampilan perilaku . Dalam situasi ini, respon diperkuat oleh penghapusan sesuatu yang dianggap tidak menyenangkan . Dalam kedua kasus ini  , perilaku meningkat .

2. Hukuman , di sisi lain , adalah presentasi dari suatu peristiwa yang merugikan atau hasil yang menyebabkan penurunan perilaku itu berikut. Ada dua jenis hukuman :
a) Hukuman positif , kadang-kadang disebut sebagai hukuman oleh aplikasi , melibatkan presentasi dari suatu peristiwa yang tidak menguntungkan atau hasil untuk melemahkan respon.
b) Hukuman negatif , juga dikenal sebagai hukuman penghapusan , terjadi ketika sebuah peristiwa yang menguntungkan atau hasil dihapus setelah perilaku terjadi . Dalam kedua kasus hukuman ini, perilaku menurun .

Lalu apa perbedaan Penguatan dan Hukuman ?
Penguatan merupakan sikap untuk memperkuat perilaku seseorang sedangkan Hukuman merupakan sikap yang melemahkan perilaku seseorang.



Sekian pembahasan mengenai Learning dalam Psikologi Pendidikan, sampai ketemu di postingan selanjutnya ya :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Psikologi Pendidikan : Laporan Hasil Observasi

Laporan Hasil Observasi TK Sutomo 2 Kelompok 3: Fajri zahara                            16-088 Fadhil Al-Rasyid                    16-103 Syifa A. P.                              16-115 Rani Prolina                           16-127 Larasati                                   16-132 Anthony Suyapmo                 16-138 Farah Mutia                           16-151 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses bagi seseorang untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih baik. Pendidikan sudah diterapkan dari masa nenek moyang manusia. Tidak ada kata terlambat dalam menempuh pendidikan. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan. Ada beberapa pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli.  Pendidikan   adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Psikologi Pendidikan: Bimbingan Konseling

BIMBINGAN KONSELING Pengertian Bimbingan dan Konseling Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata, yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diadopsi dari kata “conseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral.  BIMBINGAN    Seperti disebut diatas bahwa, “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance” dari kata dasar “guide” yang berarti menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mrngarahkan (governing), dan memberi nasihat (giving advice) (Winkel, 1991). Istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan arti bantuan dan tuntunan. Ada juga yang menerjemahkan dengan arti pertolongan. Jadi secara etimologis, bimbingan dan konseling berarti bantuan dan tuntunan atau pertolongan, tetapi tidak semua bantuan, tuntunan atau pertolongan bera

Psikologi Pedidikan : Pengelolaan Kelas

PENGELOLAAN KELAS Manajemen kelas memiliki 2 tujuan utama yaitu : 1. Membantu murid menghabiskan banyak waktu untuk belajar dan sedikit waktu untuk aktivitas yang tidak mengarah pada tujuan 2. Mencegah murid mengembangkan masalah akademis dan emosional. Isu Manajemen di Kelas Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pada semua level pendidikan, manajer kelas yang baik mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran, membangun dan menegakkan aturan, mengajak murid bekerja sama, mengatasi problem secara efektif, dan menggunakan strategi komunikasi yang baik. Baik di level sekolah dasar maupun menengah, kelas bisa jadi padat, kompleks, dan kacau. Kelas Padat, Kompleks, dan Berpotensi Kacau Kelas yang ramai dan kompleks dapat menimbulkan kekacauan dan masalah jika kelas tidak dikelola dengan efektif. Dalam menganilisis lingkungan kelas, Walter Doyle (1986) mendeskripsikan 6 karakteristik yang merefleksik