Langsung ke konten utama

Psikologi Pendidikan : Pendidikan Multikultural

Pendidikan Multikultural


Defenisi Pendidikan Multikultural

Pendidikan Multikultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompok kultural. 

Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama).


Fokus Pendidikan Multikultural


Menurut James Banks yang dikenal sebagai perintis pendidikan multikultural, penekanan dan perhatian difokuskan pada pendidikannya. Banks yakin bahwa sebagian dari pendidikan lebih mengarah pada mengajari bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan. Ia menjelaskan bahwa siswa harus diajari memahami semua jenis pengetahuan, aktif mendiskusikan konstruksi pengetahuan (knowledge construction) dan interpretasi yang berbda-beda (Banks, 1993).

Banks, James A. 1993. An Introduction to Multicultural Education. Boston: Allyn and Bacon.


Ciri- ciri Pendidikan Multikultural
1) tujuannya membentuk“manusia budaya” dan menciptakan masyarakat berbudaya 
2) materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis 
3) metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis
4) evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tingkah laku terhadap budaya lainnya.


Paradigma Pendidikan Multikultural

Pendidikan multi cultural menurut Zamroni (2011) adalah:
  1. pendidikan multikultural adalah jantung untuk menciptakan kesetaraan pendidikan bagi seluruh warga masyarakat.
  2. pendidikan multikultural bukan hanya sekedar mengubah kurikulum saja ataupun perubahan metode belajar.
  3. pendidikan multikultural mentransformasi kesadaran ke arah kemana transformasi praktik pendidikan harus dituju.
  4. pengalaman menunjukan bahwa upaya mempersempit kesenjangan pendidikan salah arah yang justru menciptakan ketimpangan semakin membesar.
Paradigma pendidikan multikultural bermanfaat untuk membangun kohesifitas, soliditas dan intimitas di antara keragamannya etnik, ras, agama, budaya dan kebutuhan dalam kehidupan bersama. Pendidikan multi cultural seharusnya diterapkan di Indonesia mengingat bahwa masyarakatnya yang heterogen. Langkah awal dalam evaluasi adalam merumuskan standar kompetensi pendidikan multikultural yang selanjutnya dari standar kompetensi ini dijabarkan lebih lanjut dalam kompetensi dasar .


Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu: horizontal dan vertikal.
Dalam perspektif horizontal, kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari perbedaan agama, etnis, bahasa daerah, geografis, pakaian, makanan, dan budayanya.
Sementara, dalam perspektif vertikal, kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi, pemukiman, pekerjaan, dan tingkat social budaya.


Pendekatan Pendidikan Multikultural

Menurut Santrock :

1.Pengajaran yang relevan secara cultural
Pengajaran yang relevan secara cultural adalah aspek penting dari pendidikan multicultural. Pengajaran ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan dengan latar belakang cultural dari pelajar.

2. Pendidikan yang berpusat pada isu
Dalam pendekatan ini murud diajari secara sistematis untuk mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan sosial. Pendidikan ini tak hanya mengklarifikasi nilai, tetapi juga mengkaji alternatif dan konsekuensi dari pandangan tertentu yang dianut murid.

Menurut Hermandez ada 4 pendekatan untuk menerapkan pendidikan multikultural, yaitu:
  1. Pendekatan kontribusi
  2. Pendekatan tambahan
  3. Pendekatan transformasi
  4. Pendekatan aksi sosial

Wacana Pendidikan Multikultural

Di Indonesia wacana pendidikan multikultural masih dipandang relatif baru dikenal sebagai metode pendekatan permasalahan bagi masyarakat yang heterogin. Pada masa otonomi dan desentralsisasi yang telah diberlakukan sejak 1999 hingga sekarang, pemberlakuan pendidikan multikultural sejalan dengan misi pengembangan demokrasi yang dikonsepsikan melalui pelaksanaan otonomi daerah.
Namun jika otonomisasi kekuasaan daerah tidak dilaksanakan dengan baik justeru dapat menjerumuskan kita ke arah perpecahan.
Wacana pendidikan multikultural atau pendidikan berwawasan multikulturalisme dimaksudkan untuk merespon dampak perkembangan globalisasi, dan fenomena konflik etnis, sosial budaya, yang sering muncul di kalangan masyarakat Indonesia yang berwajah multikultural.
Kerawanan konflik ini sewaktu – waktu bisa timbul akibat suhu politik, agama, sosio budaya yang memanas. Penyebab konflik sangat kompleks namun sering disebabkan karena perbedaan etnis, agama, ras.
Kasus perbedaan SARA yang pernah terjadi di tanah air belum lama ini misalnya konflik Ambon, Poso, dan konflik etnis Dayak dengan suku Madura di Sampit. Banyak lagi kasus semacam yang belum kita ketahui atau belum terpublikasi media masa.
Pengalaman kejadian itu menjadi catatan bagi kita semua terutama bagi kalangan pendidikan untuk mengkaji dan mencarikan jalan pemecahannya. Peran pendidikan disini setidaknya memberikan penyadaran (consciousness) kepada masyarakat bahwa pemecahan masalah melalui konflik bukan suatu cara yang baik dan tidak perlu dibudayakan.
Untuk itu pendidikan formal harus mampu memberikan tawaran-tawaran pembelajaran yang mencerdaskan, misalnya mendisain materi, metode, kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat atau peserta didik akan pentingnya sikap toleran, menghormati perbedaan suku, ras, agama dan budaya.
Pendidikan yang kini dibutuhkan bangsa Indonesia yang multikultural adalah pendidikan yang memberikan peran sebagai media transformasi budaya (transformation of culture) dan transformasi pengetahuan (transformation of knowledge). Selama ini pendidikan di Indonesia lebih berorientasi pada perannya sebagai media transformasi pengetahuan.


sekian postingan hari ini :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Psikologi Pendidikan : Laporan Hasil Observasi

Laporan Hasil Observasi TK Sutomo 2 Kelompok 3: Fajri zahara                            16-088 Fadhil Al-Rasyid                    16-103 Syifa A. P.                              16-115 Rani Prolina                           16-127 Larasati                                   16-132 Anthony Suyapmo                 16-138 Farah Mutia                           16-151 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses bagi seseorang untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih baik. Pendidikan sudah diterapkan dari masa nenek moyang manusia. Tidak ada kata terlambat dalam menempuh pendidikan. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan. Ada beberapa pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli.  Pendidikan   adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Psikologi Pendidikan: Bimbingan Konseling

BIMBINGAN KONSELING Pengertian Bimbingan dan Konseling Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata, yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diadopsi dari kata “conseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral.  BIMBINGAN    Seperti disebut diatas bahwa, “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance” dari kata dasar “guide” yang berarti menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mrngarahkan (governing), dan memberi nasihat (giving advice) (Winkel, 1991). Istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan arti bantuan dan tuntunan. Ada juga yang menerjemahkan dengan arti pertolongan. Jadi secara etimologis, bimbingan dan konseling berarti bantuan dan tuntunan atau pertolongan, tetapi tidak semua bantuan, tuntunan atau pertolongan bera

Psikologi Pedidikan : Pengelolaan Kelas

PENGELOLAAN KELAS Manajemen kelas memiliki 2 tujuan utama yaitu : 1. Membantu murid menghabiskan banyak waktu untuk belajar dan sedikit waktu untuk aktivitas yang tidak mengarah pada tujuan 2. Mencegah murid mengembangkan masalah akademis dan emosional. Isu Manajemen di Kelas Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pada semua level pendidikan, manajer kelas yang baik mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran, membangun dan menegakkan aturan, mengajak murid bekerja sama, mengatasi problem secara efektif, dan menggunakan strategi komunikasi yang baik. Baik di level sekolah dasar maupun menengah, kelas bisa jadi padat, kompleks, dan kacau. Kelas Padat, Kompleks, dan Berpotensi Kacau Kelas yang ramai dan kompleks dapat menimbulkan kekacauan dan masalah jika kelas tidak dikelola dengan efektif. Dalam menganilisis lingkungan kelas, Walter Doyle (1986) mendeskripsikan 6 karakteristik yang merefleksik